KAIDAH PENCACAHAN
Pengertian
Kaidah Pencacahan
Kaidah pencacahan atau dalam bahasa inggris
disebut sebagai (Counting Rules) merupakan sebuah cara atau aturan untuk
menghitung seluruh kemungkinan yang bisa terjadi dalam suatu percobaan
tertentu.
Kaidah pencacahan merupakan sebuah aturan
membilang untuk mengetahui banyaknya kejadian atau objek-objek tertentu yang
muncul. Disebut sebagai pencacahan sebab hasilnya berwujud suatu bilangan
cacah.
Adapun beberapa metode pada kaidah
pencacahan antara lain yaitu: metode aturan pengisian tempat (Filling Slots),
metode permutasi serta metode kombinasi. Berikut penjelasannya lebih lanjut.
Aturan
Pengisian Tempat
Sebagai
contoh ada suatu kasus di bawah ini:
Gilang
memiliki 3 kaos dengan warna putih, merah dan biru dan juga memiliki 2 celana panjang
yang berwarna hitam dan cokelat.
Tentukan
beberapa kemungkinan Gilang akan menggunakan kaos dan juga celana panjang!
Penyelesaian:
Ada
3 cara untuk menentukan berbagai kemungkinan Gilang menggunakan kaos dan celana
panjang.
c.
Himpunan pasangan terurut
{(Putih,
Hitam), (Putih, Cokelat), (Merah, Hitam), (Merah, Cokelat), (Biru, Hitam),
(Biru, Cokelat)}
Dari
ketiga metode atau cara di atas, bisa kita simpulkan bahwa banyaknya cara
Gilang memakai kaos dan juga celana panjang ada sebanyak 6 cara = 3 × 2 =
banyak cara menggunakan kaos × banyak cara menggunakan celana
panjang.
panjang.
Aturan Perkalian
Apabila
sebuah kejadian bisa berlangsung dalam n tahap yang saling berurutan di mana
tahap 1 bisa berlangsung dalam q1 cara, tahap 2 bisa berlangsung
dalam q2 cara, tahap 3 dapat terjadi dalam q3 cara
demikian seterusnya hingga tahapan ke – n bisa berlangunsg dalam qncara
maka kejadian tersebut bisa terjadi secara berurutan dalam q1 ×
q2 × q3 × … × qn dengan cara
berbeda.
Sebagai
contoh:
Berapa
banyaknya cara atau metode untuk memilih 3 pengurus OSIS yang terdiri atas
ketua, sekretaris serta bendahara dari total 8 orang siswa?
Penyelesaian:
Misal
ada 3 tempat untuk mengisi posisi ketua, sekretaris dan bendahara yang kita
visualkan seperti di bawah ini:
Ketua Sekretaris Bendahara
Dari
ke-8 siswa itu, seluruh berhak dipilih untuk menjadi ketua sehingga terdapat 8
cara untuk mengisi posisi ketua.
Sebab
1 orang telah menjadi ketua maka tinggal 7 orang yang berhak untuk dipilih
menjadi sekretaris sehingga terdapat 7 cara untuk mengisi posisi sekretaris.
Sebab
1 orang telah terpilih menjadi ketua serta 1 orang sudah menjadi sekretaris
maka tinggal 6 orang yang berhak untuk dipilih menjadi bendahara sehingga
terdapat 6 cara untuk mengisi bendahara.
Ilustrasi
seperti tabel di bawah ini:
8
|
7
|
6
|
Ketua Sekretaris Bendahara
Banyak
cara untuk memilih 3 pengurus OSIS tersebut yaitu 8 × 7 × 6 = 336
Aturan Penjumlahan
Sebagai
contoh ada sebuah kejadian yang bisa terjadi dalam n cara yang berlainan
(saling asing) di mana dalam cara pertama ada p1 kemungkinan hasil
yang berbeda.
Pada
cara kedua ada p2 kemungkinan hasil yang berbeda. Pada cara ketiga
ada p3kemungkinan hasil yang berbeda.
Serta
demikian selanjutnya hingga cara yang ke – n ada pn kemungkinan
hasil yang berbeda. Sehingga total banyak kemungkinan kejadian dalam peristiwa
tersebut yaitu p1 + p2 + p3 + …
+ pn dengan cara berbeda.
Sebagai
contoh:
Putra
seorang pelajar SMK swasta di Purwokerto. Putra memiliki tiga jenis alat
transportasi yang ia kendarai dari rumah ke sekolah. Antara laing: sepeda
(sepeda mini, sepeda gunung), sepeda motor (yamaha, honda, suzuki) serta mobil
(sedan, kijang, pick-up).
Pertanyaannya,
berapa banyak cara Putra untuk berangkat dari rumah ke sekolah?
Penyelesaian:
Alat
transportasi yang dipakai oleh Putra dari rumah ke sekolah hanyalah salah satu
saja yakni sepeda atau sepeda motor atau mobil.
Tidak
mungkin Putra mengendarai lebih dari satu kendaraan dalam waktu
bersamaan. Banyaknya cara Putra berangkat dari rumah ke sekolah
merupakan banyak cara mengendarai sepeda + banyak cara mengenadari sepeda motor
+ banyak cara mengendarai mobil = 2 + 3 + 3 = 8 cara.
Notasi Faktorial
Contohnya
n ∈ himpunan bilangan asli. Notasi n!
(dibaca: n faktorial) diartikan sebagai hasil kali dari bilangan-bilangan asli
secara berurutan dari n sampai 1.
Maka
kita tulis:
n! =
n × (n – 1) × (n – 2) × … × 3 × 2 × 1.
Diartikan
sebagai 1! = 1 dan 0! = 1.
Sebagai
contoh:
1.
Tentukan nilai dari 5!.
Jawab:
5! =
5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 120.
2.
Tentukan nilai dari 2! + 3!.
Jawab:
2! +
3! = (2 × 1) + (3 × 2 × 1) = 2 × 6 = 12
Permutasi
Materi
pertama yang akan kita bahas pada artikel ini adalah permutasi. Permutasi
mempelajari mengenai menyusun k objek dari n objek dengan cara memperhatikan
urutan.
Ada
tiga contoh permutasi yang sering timbul antara lain: permutasi dari
unsur-unsur yang berbeda, permutasi dengan beberapa unsur yang sama, serta permutasi
siklis. Selengkapnya simak baik-baik ulasan berikut ini.
Macam dan Formula atau Rumus Permutasi
1.
Permutasi dari n elemen, masing-masing permutasi terdiri atas n elemen
Apabila
terdapat unsur yang berbeda dan diambil n unsur, maka banyaknya susunan atau
permutasi yang berbeda dari n unsur tersebut merupakan P(n,n) = n! atau nPn = n!
Sebagai
contoh:
Untuk
menyambut suatu pertemuan delegasi negara yang dihadiri oleh lima negara.
Panitia kemudian akan memasang kelima bendera yang merupakan bendera dari lima
negara yang hadir.
Banyak
cara untuk panitia menyusun kelima bendera tersebut yaitu?
Jawab:
Dari
kelima bendera yang ada, berarti kita peroleh n = 5, sehingga banyak susunan
bendera yang mungkin yakni:
5! =
5.4.3.2.1 = 120 cara.
2. Permutasi
n elemen, masing-masing permutasi terdiri atas r unsur dari n elemen dengan r ≤
n
Untuk
semua bilangan positif n dan r, dengan r≤n, banyaknya permutasi dari n
objek yang diambil r objek pada satu waktu adalah:
Catatan:
Syarat: urutan harus diperhatikan.
Syarat: urutan harus diperhatikan.
Sebagai contoh:
Banyak
cara untuk memilih seorang ketua, sekertaris dan juga bendahara dari 8 siswa
yang tersedia yaitu…
Jawab:
Banyak
siswa, n = 8
Ketua,
sekretaris serta bendahara (banyak pilihan objek), r = 3
Sehingga:
3. Permutasi dari n unsur yang mengandung
p.q dan r unsur yang sama
Keterangan:
n
= menunjukan banyaknya elemen seluruhnya
k1 =
menunjukan banyaknya elemen kelompok 1 yang sama
k2
= menunjukan banyaknya elemen kelompok 2 yang sama
…
kt =
menunjukan banyaknya elemen kelompok kt yang sama
t =
1,2,3,…
Sebagai cottoh:
Banyaknya
cara penyusunan untuk kata ”BASSABASSI” yaitu…
Jawab:
Dari
kata ”BASSABASSI”, banyak huruf adalah (n) = 10
k1 =
huruf B = 2
k2 =
huruf A = 3
k3 =
huruf S = 4
k4 =
huruf I = 1
4. Permutasi
Siklis
Permutasi
siklis merupakan suatu permutasi melingkar (urutan melingkar).
Atau
sebuah cara atau metode guna menentukan susunan unsur yang disusun secara
siklis atau melingkar dengan cara memperhatikan urutannya. Banyaknya permutasi
siklis dari n unsur berbeda yaitu:
nPsiklis = (n-1)!
Sebagai contoh:
Dari
5 orang anggota keluarga akan segera duduk mengelilingi satu meja bundar,
banyaknya cara penyusunan yang bisa dibikin dari 5 orang tersebut yaitu…
Jawab:
Banyak
orang (n) = 5, sehingga:
5Psiklis = (5 – 1)! =
4! = 4.3.2.1 = 24 cara.
5. Permutasi berulang dari n unsur, tipe permutasi terdiri dari k unsur
Pn = nk
Contoh:
Banyak
susunan dari 3 bilangan angka-angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yaitu…
Jawab:
- Banyaknya susunan 3 bilangan, yang artinya bilangan ratusan, k = 3
- Banyak angka yang akan disusun adalah n = 6
- Banyak susunan 3 bilangan dari angka 1, 2, 3, 4, 5, serta 6, sehingga:
P6 =
63 = 216 susunan.
Kombinasi
Kombinasi
merupakan suatu pengelompokan dari sebagaian atau seluruh elemen dari suatu
himpunan tanpa memperhatikan urutan susunan pemilihannya. Cara untuk menentukan
banyaknya kombinasi yaitu dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Sebagai contoh:
Kombinasi
dari 2 elemen dari 3 huruf a,b,c yaitu ab, ac, bc . Sementara ba, ca,
cb tidak termasuk ke dalam hitungan sebab dalam kombinasi ab=ba, ac=ca,
bc=cb. Banyak kombinasi yaitu …
Binom Newton
Binom
Newton berkaitan dengan bentuk dari (a + b)2 a. Di mana suku ke-r
dari bentuk tersebut yaitu:
Suku
ke – r = nCr-1 × an-r+1 × br-1
Sebagai
ilustrasi:
koefisien
dari x27 dari (x2 +2x)15 adalah:
nCr-1xan-r+1xbr-1
= 15 Cr-1x(x2)15-r+1x(2x)r-1
=15
Cr-1x(x30-2r+2)x(2x)r-1
Supaya
x berpangkat 27 maka dibikin:
27 =
(30 – 2r – 2) + (r – 1) → r = 4
Sehingga:
- suku ke – 4 = 15Cr-1x(x30-2r+2)x(2x)r-1 = 15C3x(x30-8+2)x(2x)4-1
- .
- Koefisiennya: 3640
Peluang Suatu Kejadian
Nilai-nilai
peluang yang didapatkan berkisar antara 0 hingga dengan 1. Untuk masing-masing
kejadian A, batas-batas dari nilai P(A) secara matematis dapat kita tuliskan
seperti berikut ini:
0 ≤ P (A) ≤ 1 dengan
P(A) merupakan peluang suatu kejadian A
Apabila
P(A) = 0, maka kejadian A merupakan kejadian yang mustahil, maka peluangnya tak
lain adalah 0
Sebagai
contoh:
Matahari
yang terbit di sebelah selatan merupakan suatu kejadian yang mustahil, sehingga
peluangnya tak lain adalah = 0
Apabila
P(A) = 1, maka kejadian A merupakan kejadian pasti
Sebagai
contoh:
Makhluk
yang bernyawa pasti nanti akan mati hal itu adalah suatu kejadian pasti,
sehingga peluangnya adalah = 1
Terdapat
juga peluang kejadian yang bernilai antara 0 dan 1, yang artinya kejadian
tersebut mungkin terjadi.
Sebagai
contoh peluang seorang murid untuk menjadi juara kelas. Apabila L adalah
kejadian komplemen dari kejadian A maka peluang dari kejadian L merpakan 1-
peluang kejadian A.
Secara
matematis dapat ditulis sebagai:
P (L) = 1 – P(A) atau bisa
juga P(L) + P(A) = 1
Sebagai
contoh:
Apabila
peluang turun hujan pada hari ini adalah = 0,6 maka peluang untuk tidak turun
hujan pada hari ini adalah = 1 – P (hujan)
= 1 – 0,6
= 0,4
= 1 – 0,6
= 0,4
1. Frekuensi Harapan
Frekuensi
harapan dalah sebuah kejadian merupakan suatu harapan banyaknya muncul pada
sebuah kejadian dari sejumlah percobaan yang dilakukan.
Secara
matematis dapat dituliskan seperti di bawah ini:
Frekuensi harapan = P(A) x banyak
percobaan
Sebagai
contoh:
Dalam
percobaan pengetosan sebuah dadu yang dilakukan sebanyak 60 kali, maka :
Peluang
muncul mata 2 adalah = 1/6
Frekuensi
harapan muncul mata 2 adalah = P (mata 2) x banyak percoban
= 1/6 x 60
= 10 kali
= 1/6 x 60
= 10 kali
2. Kejadian Majemuk
Kejadian
majemuk merupakan dua atau lebih kejadian yang dioperasikan sehingga akan
membentuk sebuah kejadian yang baru.
Sebuah
kejadian K serta kejadian komplemen berupa K’ memenuhi persamaan:
P(K) + P(K’) = 1 atau P(K’) = 1 – P(K)
Penjumlahan Peluang
1. Kejadian Saling Lepas
Terdapat
buah kejadian A dan B bisa disebut sebagai kejadian saling lepas jika tidak ada
satupun elemen yang terjadi pada kejadian A yang sama dengan elemen yang berlangsung
pada kejadian B.
Sehingga
peluang salah satu A atau B mungkin terjadi, rumus untuk kejadian saling lepas
yaitu:
P(A u B) = P(A) + P(B)
2. Kejadian Tidak Saling Lepas
Maksutdnya
yaitu elemen A yang sama dengan elemen B, rumus matematikanya bisa kita tuliskan
seperti di bawah ini:
P(A u B) = P(A) + P(B) – P(A n B)
3. Kejadian Bersyarat
Kejadian
bersyarat bisa berlangsung jika kejadian A bisa mempengaruhi munculnya kejadian
B maupun sebaliknya. Maka dari itu rumusnya bisa kita tuliskan seperti di bawah
ini:
P(A n B) = P(A) x P(B/A)
atau
P(A n B) = P(B) x P(A/B)
Sebab
kejadiannya itu saling berpengaruh, maka juga bisa menggunakan rumus:
P(A n B) = P(A) x P(B)
Contoh Soal dan Pembahasan Kaidah Pencacahan
Setelah
memahami materi mengenai kaidah pencacahan, kini saatnya kita belajar
menyelesaikannya dalam beberapa soal.
Berikut
akan kami berikan contoh soal sekaligus pembahasan mengenai kaidah pencacahan,
mulai dari peluang, hingga permutasi dan yang lainnnya.
Soal .
Terdapat
3 orang anak yang akan duduk bersama di satu bangku yang memanjang. Ada
berapakah cara mereka untuk duduk bersama pada bangku tersebut?
Jawab:
Ketiga
anak akan duduk bersama, maka kita akan menggunakan rumus permutasi P(3,3)
P(3,3)
= 3 = 2x2x1 = 6
Sehingga
ketiga anak tersebut dapat duduk bersama dengan menggunakan 6 cara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar